News Update :

Suara Rakyat Suara Tuhan?

09/07/09

Pemilu telah usai. Para pelacur intelektual yang menjajakan kredibilitasnya selama musim kampanye sementara menghitung-hitung keuntungan. Baik keuntungan finansial maupun politik. Ada yang makin berbinar, ada pula yang meredup kharismanya. Itulah konsekuensi sebuah keberpihakan. Apapun yang terjadi selama musim kampanye, tanggal 8 Juli kemarin adalah klimaks dari seluruh transaksi di pasar politik musiman yang diberi nama pemilu. Ini mengandaikan bahwa bila akurasi perhitungan cepat (Quick Count) yang diselenggarakan beberapa lembaga survey dan media massa bisa diandalkan. Artinya, pilpres kali ini cukup satu putaran saja. Dan, pemenangnya adalah SBY-Boediono dengan angka telak, 60% lebih. Angka tersebut secara kuantitas maupun kualitas memang masih memancing perdebatan. Terlepas dari persoalan teknis prosedural penyelenggaraan pilpres kali ini yang masih menyisakan masalah, sesungguhnya angka 60% lebih itu adalah sebuah indikasi kepercayaan rakyat terhadap tokoh SBY masih besar. Seperti pepatah klasik mengatakan, fox populi fox Dei est, suara rakyat adalah suara Tuhan. Betulkah Tuhan menghedaki demikian?

Hati-hati dengan pepatah tersebut. Sama hati-hatinya dengan pepatah yang mengatakan hati nurani adalah suara Tuhan. Dalam konteks pemilu, memilih dengan hati nurani yang paling jernih merupakan kondisi ideal. Jika seluruh pemilih memilih dengan kondisi ideal tersebut, maka 60% lebih perolehan SBY tersebut adalah suara Tuhan. Berarti Tuhan menghendaki SBY yang memerintah Indonesia selama lima tahun ke depan. Dalam bahasa lain, SBY mendapatkan amanat dari rakyat maupun Tuhan yang menjadi sumber legitimasi pemerintahan SBY mendatang. Tetapi, apakah kondisi ideal itu memang terjadi?

Mimpi kali ya, hari gini nanyain kondisi ideal. Bertanya kondisi ideal sama saja menayakan keberadaan negara Utopia yang dicita-citakan Thomas Morus. Dalam ranah politik praktis, pragmatisme memang terasa sangat kental. Intrik-intrik, manufer, propaganda, bahkan agitasi sudah lumrah. Semua orang sudah tahu itu. Asal nggak keterlaluan, rakyat memaklumi. Istilah masyarakat Jawa mengatakan "ngono yo ngono neng ojo ngono". Kurang lebih maksudnya adalah, berlaku sedikit agak menyimpang boleh saja asal tidak keterlaluan. Artinya, masyarakat memang permisif terhadap ketidakwajaran dalam batas toleransi tertentu. Nah, inilah yang memberikan ruang para politisi untuk berbuat agak nakal, toh asal nggak keterlaluan, masyarakat pasti memaafkan. Celakanya, kenakalan-kenakalan para politisi inilah yang sering mencemari kejernihan hati nurani rakyat. Hati nurani yang telah terbiasa dengan ketidakwajaran, akhirnya tidak lagi mengganggap ketidakwajaran sebagai sebuah ketidakwajaran. Kalau begitu, apakah suara rakyat masih suara Tuhan? Mungkin, tetapi harus membuang semua distorsi dan kontaminasinya.

Share this Article on :

3 comments:

Bukan Rusli Zainal mengatakan...

Jadi teringat acara TV the master, AFI (di indonesia doeloe) yang kesemua pemenangnya berdasar 'pilihan rakyat' base SMS bukan berdasar kwalitas dan aksi panggung bla blanya. Serta pernah juga "penghalalan" SDSB tempo doeloe yang dapat "izin" dari suara 'vote' rakyat yang memberontak untuk jangan menutup SDSB :)
Jadi ada pemetekan antara, kehendak rakyat, kehendak sebagian rakyat, dan bagaimana pula dengan suara rakyat?
Hfyuh... mas Pijar, piye kabar? :)

Rusli Bukan ya mengatakan...

Kalo saya sederhana saja, semua yang terjadi bukanlah kebetualan, yang menggerakkan mereka dan kita semua menyontreng rusli zainal eh salah SBY adalah tuhan, jadi ya menurut saya jelas yang terjadi semua kehendak tuhan pilihan rakyat insya Allah yang terbaik diberiak tuhan unruk Indonesia.

Dwi Lastriyanto mengatakan...

Saat sekarang apakah bisa dikatakan memilih dengan hati nurani? Banyak pemilih yang saat ini memilih bukan atas dasar hati nurani. Ada yang memilih karena terpaksa memilih, ada pula yang memilih karena hanya ikut-ikutan, dan masih banyak alasan lain.
Melihat masalah Quick Count, Dedi Courbuzer sebelum pilpres sdh buat prediksi yang dibuka tgl 8 Juli jam 20.00 WIB. Hasilnya meleset 0,01 dari hasil penghitungan lembaga survei yang ada. Besok tanya sama Dedi Courbuzer aja siapa yang akan menang, ya...?

 
© Copyright PIJARBINTANG.COM 2010 -2011