News Update :

Radikalisme, Fundamentalisme, Fanatisme

24/07/09

Radikalisme berasal dari kata "radix" (Latin) yang artinya "akar". Jika ditinjau dari asal katanya, radikalisme berarti sebuah paham yang memperjuangkan nilai-nilai yang dianut sampai ke dasar-dasarnya. Dengan bahasa yang lebih populer kita bisa katakan bahwa paham ini memperjuangkan nilai-nilai (ideologi, agama) tanpa mengenal kompromi. Istilah lain yang menyerupai itu adalah fundamentalisme. Dari asal katanya, fundamen yang artinya dasar, fundamentalisme adalah sebuah gerakan yang mendasarkan pada ajaran-ajaran tertentu (ideologi, agama) dan memakainya secara harafiah. Istilah yang serupa tapi tak sama adalah fanatisme. Fanatisme adalah sentimen atau semangat kelompok yang berlebihan, yang mengandung subjektifitas yang sangat tinggi. Dengan nuansanya masing-masing ketiga istilah ini dalam kehidupan sosial politik biasa kita kelompokkan sebagai "aliran garis keras".

Disebut aliran garis keras karena kelompok ini tidak mengenal kompromi, tidak memberikan toleransi terhadap kelompok di luar kelompok mereka. Garis-garis yang mereka anut sebagai jalan hidup tidak akan terbelokkan maupun terpatahkan dengan alasan apapun. Itulah sebabnya mengapa mereka disebut kelompok garis keras. Kelompok ini dari zaman kapanpun dan dari kelompok keyakinan (ideologi, agama) manapun hampir selalu ada. Mengapa kelompok garis keras ini muncul?

Aliran garis keras muncul sebagai sebuah perjuangan eksistensi kelompok. Ketika eksistensi suatu kelompok terancam, maka akan muncullah sebuah reaksi pertahanan diri (defense mechanism) dari kelompok tersebut. Semakin besar ancaman maka akan semakin besar pula mekanisme pertahanan. Pada tahap tertentu mekanisme pertahanan yang bersifat defensif akan menjadi agresif. Ketika muncul sebuah mekanisme pertahanan yang bersifat agresif ini, dalam kehidupan sosial-politik terjadi sebuah ancaman yang akan menyerang secara tak terduga. Inilah yang kita sebut terorisme. Suatu bahaya yang mengancam tanpa diduga kapan terjadinya.

Jika kita cermati sesungguhnya akar dari radikalisme, fundamentalisme, fanatisme, dan terorisme adalah ketidakadilan sosial. Ketika kelompok yang kuat (ekonomi, politik) mengancam eksistensi kelompok yang lebih lemah. Dengan demikian, demi keberlangsungan eksistensi, kelompok yang lemah berusaha memperkuat diri, entah dengan meningkatkan solidaritas sesama mereka, melakukan indoktrinasi nilai-nilai yang menjadi kekhasan kelompok mereka, sampai melakukan agresi. Ini pulalah yang membuat kelompok mereka tidak akan bertoleransi dengan kelompok lain. Sebab, dengan bertoleransi berarti membiarkan diri mereka terpengaruh oleh pihak lain. Dengan begitu bisa melemahkan "semangat kelompok" yang mereka bangun. Semua dilakukan untuk menunjukkan bahwa eksistensi kelompok mereka tetap harus diperhitungkan dan diperlakukan secara adil. Hal ini tentu tidak memandang apakah kelompok itu adalah kelompok mayoritas atau minoritas. Kelompok mayoritas bila merasa eksistensinya melemah, entah dari segi ekonomi maupun politik, dia berpontensi melahirkan kelompok-kelompok garis keras. Kelompok minoritas pun demikian. Kadang-kadang mereka memperjuangkan keadilan dengan cara tidak adil.

Sebuah pertanyaan moral, apakah benar memperjuangkan keadilan dengan cara yang berlawanan dengan keadilan? Inilah kontradiksi dari terorisme dari kelompok manapun. Selama keadilan sosial tidak mampu diwujudkan oleh manusia di dunia ini, maka terorisme yang muncul dari radikalisme, fundamentalisme, dan fanatisme akan tetap ada. Ini tugas siapa?
Share this Article on :

0 comments:

 
© Copyright PIJARBINTANG.COM 2010 -2011