Apakah watak seseorang dibawa dari lahir atau terbentuk setelah ia berinteraksi dengan lingkungannya? Saya bukan seorang astrolog. Bukan juga geneolog. Bukan pula psikolog. Jika harus memilih salah satu dari pertanyaan tadi, saya harus berurusan (berdebat) dengan para pakar dalam ilmu-ilmu tertentu. Padahal, seperti yang Anda tahu, saya bukan ilmuwan. Mungkin pertanyaan saya yang salah. Mungkin faktor geneologi, astrologi, dan psikologi sama-sama membentuk watak seseorang.
Apapun dan bagaimanapun sebenarnya pembentukan watak seseorang, dalam benak saya selalu terngiang kata-kata yang pernah ditempel seorang teman pada dinding ruang tamu rumah kontrakan kami ketika masih kuliah di Jogja dulu. Waktu itu kami yang menghuni rumah itu tentu belum ada yang punya anak. Dan ketika sekarang saya mempunyai anak, tulisan itu begitu menghantui pikiran saya. Betapa tidak. Kalau saya sebagai orang tua tidak mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi terbentuknya watak yang positif anak saya, tentu saya yang salah. Tulisan itu kalau tidak salah begini bunyinya:
Jika anak biasa hidup dicacat dan dicela, kelak ia akan terbiasa menyalahkan orang lain.
Jika anak biasa hidup dalam permusuhan, kelak ia akan terbiasa menentang dan melawan.
Jika anak biasa hidup dicekam ketakutan, kelak ia akan terbiasa merasa resah dan cemas.
Jika anak terbiasa hidup dikasihani, kelak ia akan terbiasa meratapi nasibnya sendiri.
Jika anak biasa hidup diolok-olok, kelak ia akan terbiasa menjadi pemalu.
Jika anak biasa hidup dikelilingi perasaan iri, kelak ia akan terbiasa merasa bersalah.
Jika anak biasa hidup serba dimengerti dan dipahami, kelak ia akan terbiasa menjadi penyabar.
Jika anak biasa hidup diberi semangat dan dorongan, kelak ia akan terbiasa percaya diri.
Jika anak biasa hidup banyak dipuji, kelak ia akan terbiasa menghargai.
Jika anak biasa hidup diterima oleh lingkungan, kelak ia akan terbiasa mencintai.
Jika anak biasa hidup tanpa banyak dipersalahkan, kelak ia akan terbiasa senang dengan dirinya sendiri.
Jika anak biasa hidup mendapatkan pengakuan dari kiri kanan, kelak ia akan terbiasa menetapkan sasaran langkahnya.
Jika anak biasa hidup jujur, kelak ia akan terbiasa memilih kebenaran.
Jika anak biasa hidup diperlakukan adil, kelak ia akan terbiasa dengan keadilan.
Jika anak biasa hidup mengenyam rasa aman, kelak ia akan terbiasa mencintai orang-orang di sekitarnya.
Jika anak biasa hidup di tengah keramahtamahan, kelak ia akan terbiasa berpendirian, “Sungguh indah dunia ini!”
Terakhir saya tahu, tulisan itu berasal dari tulisan Dorothy Low Nolte dalam tulisannya Children Learn What They Live With. Semoga ini bisa menginspirasi kita semua.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar