Sulitnya Mencari Pasangan Kawin Kontrak
23/04/09
Saya agak ragu menulis artikel ini, sebab ketika saya posting jangan-jangan konstelasi politik telah berubah. Konstelasi politik, apa lagi pada detik-detik masa pemilu seperti ini, plastisitasnya begitu lentur (saya lebih suka menyebutnya labil). Memang begitulah politik. Tidak ada kawan atau lawan abadi, yang ada adalah kepentingan abadi. Roh itulah yang memimpin para elite politik saat ini dalam menaksir 'pasangan sementara'-nya.
Utak-atik, timbang sana timbang sini, siapa kira-kira bisa atau mau 'ditunggangi' dalam 'senggama politik' untuk melahirkan 'anak-anak politik' yang disebut kepentingan partai dan unsur-unsur pendukungnya. Tunggang-menunggang memang bukan istilah yang tepat. Sebab, siapapun yang sepakat dalam 'kawin kontrak limatahunan' semua harus mendapatkan keuntungan. Masalah siapa yang sering menunggangi dan siapa yang sering ditunggangi itu adalah rahasia 'kawin kontrak' mereka. Yang jelas, ketika salah satunya merasa kurang mendapatkan keuntungan, maka kawin kontrak mereka tidak mungkin untuk dipertahankan.
Nah, fenomena JK sangat menarik akhir-akhir ini. Apakah dia 'kurang bahagia' bersama 'SBY'? Atau sebaliknya, apakah SBY yang kurang bahagia? Atau justru JK yang terlalu overconfidence sehingga ketika mereka masih dalam ikatan kawin kontrak sudah berani menunjukkan ketidaksetiaannya, sehingga SBY sendiri merasa tidak perlu melanjutkan kawin kontrak mereka. Padahal, sepertinya kedua pasangan itu masih yang paling potensial untuk melahirkan kebijakan-kebijakan yang cerdas dalam menyikapi kondisi bangsa yang sangat kritis. Tapi, apakah mereka masih memikirkan bangsa, atau egoisme mereka saja?
Lihat saja, ketika JK ternyata kurang mendapat dukungan, baik sinyal dari pileg maupun dari kader-kader partainya untuk maju menjadi capres, terlihat mulai hilir mudik ngalor-ngidul mencari jodoh siapa gerangan mau dipinang dalam kawin kotrak lima tahun kedepan. Tapi ternyata semua pengen jadi presiden. Wah, jadi seperti badut yang tidak lucu ya...? Apa hanya JK yang sedang berakrobat sekarang ini? Ternyata tidak. Lihat saja Wiranto sama Prabowo yang tiba-tiba akur. Padahal sejak zaman Pak Harto, kedua jendral itu bersaing sengit. Keduanya memang bukan saling berpacaran untuk merencanakan kawin kontrak, tetapi saling menepuk bahu sebagai sesama pihak 'yang teraniaya' (baca: kalah dalam pemilu) dan bersepakat untuk membentuk sekretariat bersama untuk kecurangan-kecurangan dalam pileg yang lalu (mungkin semacam forum curhat para politisi ya...). Belum lagi Si Mbok Mega yang tetep ngotot pengen kembali jadi presiden. Memang enak kok jadi presiden, boneka Si Susan pun pengen. Nah, calon presiden tidak kurang-kurangnya.
Pileg yang belum juga selesai proses penghitungan manualnya itu telah mampu mengukur seberapa besar sih peluang para kandidat itu. Bagi yang merasa mendapat dukungan besar tentu saja bargaining position-nya lebih kuat. Tapi bagi yang mendapat sangat sedikit dukungan lebih baik tahu diri lah. Nah, kasak-kusuk koalisi memang menjadi salah satu jalan untuk menyelesaikan persoalan ini. Akan tetapi, apa ada yang mau mengalah...? Selain itu, partai boleh berkoalisi, tetapi pilihan presiden kan langsung. Rakyat tidak lagi memilih partai, tetapi memilih figur tokoh. Ingat pilpres langsung yang mengantar SBY jadi RI 1...? Perolehan Demokrat dalam pileg sangat sedikit, tapi perolehan SBY dalam pilpres sangat telak. Nah, .... who the next ....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
5 comments:
Kawin kontrak bukan tradisi tetapi sudah menjadi bagian dari ajang pelampiasan birahi politik kali ya. wekekekek....
Tapi terbukti di pilek kemaren siapa yang menang, heheh kata mereka apapun makananya minumnya tetap ES BE YE (SBY)
Urusan kawin dan dikawani ini kira kira siapa ya yang jadi penghulu, modin dan walinya. sebab kalo ngak ada walinya kan kawin haram tuh namanya....... kabuuuuuuuuuuuuuurrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr
He he he... biarkan saja elite politik bermain mempertontonkan kepiawaiannya masing masing, giliran kita menonton lawakannya seperti tertuang dalam sebaris kalimat yang luthu badut yang tidak lucu dia tas. Mengenai istilah "senggama politik"... Awas lo... bersiaplah menerima konsekwensi atas istilah itu.. Tunggu saja.. bakal banjir pengunjung :D
Hemmm... saya harus milih siapa ya...
dalam dunia politik tidak ada yang abadi, selain kepentingan yang abadi...
Posting Komentar