News Update :

Spiritualitas Asmara Si "Burung Merak" | In Memoriam WS Rendra

07/08/09

Malu aku berkeluh kesah tentang "koneksi lelet". Tapi memang itulah kenyataannya. Ketika Mbah Surip meninggal, koneksi lelet. Kini, WS Rendra menyusul sahabatnya itu, kembali "koneksi lelet". Lelet pulalah posting ini. Tetapi kepergian kedua tokoh eksentrik itu tetap saja membekaskan kesan yang dalam padaku. Dua pengembara yang telah menemukan perhentian terakhirnya. Sang Khalik, Awal dan Akhir segala kehidupan.

Wong urip iku mbur mampir ngombe. Ungkapan Jawa yang menggambarkan bahwa hidup manusia adalah sebuah perjalanan (pengembaraan). Dan, hidup di dunia ibarat pengembara singgah ke sebuah kedai untuk minum air. Setelah itu pergi lagi. Kemana manusia mengembara? Inilah perjalanan spiritualitas setiap manusia. Mencari 'sejatining urip' (kesejatian hidup). Sejatinya hidup itu dicari dalam setiap upaya menghayati hidup, mencoba memaknai setiap peristiwanya. Maka, pertanyaan adalah jawaban. Dimanakah Sang Khalik? Itulah jawaban dari sebuah spiritualitas. Sebab, ketika manusia menemukan jawaban yang sebenarnya, ia tidak perlu bertanya lagi dan tidak memerlukan jawaban.

WS Rendra yang telah mengembara dalam pencarian Sang Khalik dalam alur asmara. Adalah lahir dari pasangan penganut Katolik. Setelah tumbuh dewasa mencoba menemukan jawaban pada agama orang tuanya. Tetapi, kebebasannya sebagai pengembara terbentur oleh dogma-dogma. Ketika ia mencoba menemukan Sang Khalik dengan caranya, ia harus bebas dari batasan-batasan itu. Sang Khalik adalah keindahan yang tercermin pada ciptaan-Nya. Juga, dalam kata dan rupa. Dan ia jatuh cinta. Inilah perjalanan spiritualitas asmara sang pujangga. Hingga ia kembali kepada-Nya, si burung merak telah menuntaskan pertanyaannya. "Telah kujumpai Sang Khalik setelah berjalan bersama tiga wanita."

Tak lupa aku sisipkan pesan 'stop dreaming start action' untuk para pengembara lainnya.
Share this Article on :

0 comments:

 
© Copyright PIJARBINTANG.COM 2010 -2011