News Update :

Kompetisi

10/07/09

Kompetisi, kontes, pemilihan, pertandingan, persaingan, kejuaraan, dan istilah-istilah sejenis yang merujuk pada sebuah upaya mencari yang terbaik, yang unggul, dan menobatkannya sebagai pemenang, sang juara, sebenarnya kapan mulanya muncul dalam kehidupan manusia? Darwin dalam teorinya tentang Survival For The Fittest menjelaskan bahwa persaingan adalah inti dari segala upaya makhluk hidup untuk mempertahankan eksistensinya. Dalam kehidupan purba, siapa yang terkuat, dialah yang bertahan hidup. Teori ini tidak berdiri sendiri. Darwin juga menyebutkan bahwa salah satu dari upaya mempertahankan hidup adalah dengan adaptasi. Kemampuan beradaptasi tak lebih dari sebuah upaya untuk menjadi yang terbaik. Setuju atau tidak dengan teori ini, sebenarnya menarik kita pakai untuk menelaah peristiwa-peristiwa dalam kehidupan manusia modern.

Semangat persaingan tampaknya telah menjadi budaya manusia modern. Di lingkungan kerja, misalnya, orang berebut prestasi untuk menjadi yang terbaik. Menjadi yang terbaik adalah jalan menuju puncak karir. Di lingkungan sekolah, para siswa bersaing untuk menjadi yang terbaik. Di lapangan olahraga para atlet berjuang untuk menjadi yang terbaik. Dalam pemilu, para caleg, capres, cawapres berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Bahkan, dengan diselenggarakan berbagai Kontes SEO, para blogger berjuang untuk menjadi yang terbaik. Tampaknya iklim kompetisi dalam kehidupan manusia tidak pernah usai. Konsekuensinya, setiap pribadi, mau tidak mau, harus rela dinilai secara kualitatif.

Nah, untuk menjadi yang terbaik inilah yang justru menjerumuskan orang pada ketidakbaikan. Dalam perspektif psikoanalisis Sigmund Freud, setiap pribadi dibangun oleh tiga instansi, yaitu Id, Ego, dan Superego. Id adalah dorongan hasrat naluri yang paling dasariah, yaitu memuaskan segala kebutuhan dasariah, yaitu terkait dengan makanan dan seks. Ego adalah dorongan untuk memuaskan segala hasrat yang terkait dengan kebutuhan psikologis, misalnya pengakuan sosial, rasa nyaman, kepuasan, dll. Sementara Superego adalah dorongan untuk mengekang dorongan Id dan Ego yang dapat menimbulkan efek kontraproduktif terhadap perasaan nyaman. Nah, pribadi yang terlibat dalam sebuah persaingan yang terlalu dikuasai oleh dorongan Ego, akan menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan. Ego membuat orang tidak siap menerima kekalahan.

Berbeda halnya dengan pribadi yang matang. Persaingan selalu diikuti secara serius. Tentu dengan upaya yang paling optimal. Akan tetapi, ia tidak akan menghilangkan unsur-unsur mulia yang sehakekatnya ada pada seorang manusia unggul, yaitu sportifitas. Siap berkompetisi, berarti siap menang dan siap pula kalah. Karna, apapun dan bagaimanapun bentuk kompetisi yang ada, hanya ada dua peluang, kalah atau menang. Nah, maka dari itu saya mencoba untuk ikut dalam sebuah ajang kompetisi, yaitu Kontes SEO yang bertajuk Stop Dreaming, Start Action. Mungkin menang, mungkin juga kalah. Tetapi ini hanyalah upaya untuk melatih kemampuan SEO sekaligus mengurangi kemalasan yang sebelumnya cukup kerasan bercokol dalam diri saya.

Share this Article on :

2 comments:

mengembalikan jati diri bangsa mengatakan...

Yang menang adalah yang terbaek, saya akan menghormmati beliau yang terbaek. Termasuk juga 'kalau saya yang menang', tapi kalao pada kenyataannya saya bukan yang terbaik, maka saya akan pulang kampung. (by: JK)
Saya siap menjadi yang terbaek untuk Rusli Zainal sang Visioner :)

pijar mengatakan...

@ Mas Arif Sang Visioner, Anda sudah menunjukkan tanda-tanda menjadi yang terbaik setelah M Adi Dunia Soer... yg penting syukurannya ya he he he :D

 
© Copyright PIJARBINTANG.COM 2010 -2011