News Update :

Start Action..? Right Now...!!!

06/07/09

Sobat, saya nggak pernah ngebayangin sebelumnya bahwa dalam usia sekarang ini pencapaian saya hanya segini. Sepertinya sebuah penyesalan tumbuh semakin besar berbanding searah dengan pertambahan usia. Ketika saya kembali ke masa lalu, saya mendapati banyak alasan yang pantas sehingga saya layak hanya seperti ini. Semakin saya pikirkan, semakin memaafkan ketidaksuksesan saya. Terimalah. Inilah nasib. Predestionis menyebutnya 'takdir'. Palmistri menyebutnya 'garis tangan'. Tetapi, para motivator tidak pernah memaafkan ketidaksuksesan dengan alasan apapun. Mereka adalah para penggiat jiwa, pembakar semangat. Jiwa yang bersemangat adalah tuan atas takdir dan nasib. Jika begini kita memang harus melupakan segala ramalan garis tangan dan takdir sebagai sumber pengampunan atas kegagalan. Jika takdir memang ada dan garis tangan itu nyata, maka saya bayangkan manusia seperti berhadapan dengan penguasa diktator yang takterkalahkan. Berani melawan, mampuslah. Terus harus bagaimana?

Sediktator apapun penguasa, pasti ada hukumnya. Di sini bukan untuk mempersoalkan adil atau tidak hukum tersebut. Tetapi, hukum adalah hukum. Jika hukum itu yang dianut oleh seorang penguasa, maka rakyat harus mentaatinya. Begitu pula takdir dan garis tangan tentunya menganut hukum tertentu. Memahami dan mentaati hukum-hukumnya akan menjadi jalan sukses di bawah pemerintahannya. Dan, saya yakin, hukum itu adalah hukum kausalitas, hukum sebab-akibat. Hukum ini ada yang menyebut dengan istilah lain, karma. Memang, setiap istilah mempunyai kekhasannya sendiri-sendiri. Seperti halnya demokrasi. Dengan istilah yang sama, demokrasi, tetapi pemahaman dan implementasinya bisa berbeda di tempat yang satu dengan tempat yang lain.

Karma adalah istilah kuno yang paling transparan dalam menjelaskan misteri nasib di bawah kekuasaan takdir. Menanam kebaikan, akan menuai kebaikan. Menanam kejahatan, akan menuai kejahatan. Begitu hukumnya. Dampak dari karma bukan hanya dalam kehidupan individual, tetapi beraspek sosial, bahkan merasuk pula dalam hukum genetika. Cucu buyut dari seorang kyai shaleh dan baik hati akan menuai penghargaan dan penghormatan dari masyarakat dalam kadar tertentu. Kadar itu bisa lebih besar lagi, bisa berkurang, bisa juga hilang sama sekali. Tergantung bagaiman menyikapi dan memelihara kehormatan tersebut. Penghormatan yang diperoleh sebagai konsekuensi dirinya yang berasal dari keturunan seorang yang terhormat itu adalah karma. Tetapi, penghormatan itu bisa hilang sama sekali bila perilakunya tidak mendukung untuk mendapatkan penghormatan.

Dari sini kita mulai bisa memahami cara kerja takdir memerintah nasib kita. Keturunan seorang penjahat yang paling jahat akan lebih sulit dan lebih keras dalam perjuangannya untuk mendapatkan penghormatan dari masyakarat dari pada seorang dari keturunan orang yang paling baik. Keturunan orang kaya dengan warisan yang berlimpah ruah akan lebih mudah mengakses kemakmuran dari pada keturunan orang miskin dengan warisan hutang yang tak terbayarkan. Bukankah ini adalah prinsip kerja hukum sebab-akibat? Meskipun begitu, kekuasaan takdir masih menyisakan misteri. Siapa yang menentukan siapa menjadi keturunan siapa? Inilah satu-satunya absolutisme takdir. Orang beriman menyebutnya wewenang Allah.

Saya membayangkan para motivator kadang-kadang seperti seorang provokator bagi jiwa yang lemah di bawah pemerintahan takdir dan garis tangan. Jiwa yang tidak mempunyai semangat dan ambisi untuk merubah keadaan karena toh pada akhirnya segalanya telah ditentukan. Motivator datang dan menghembuskan isu perubahan, harapan-harapan yang lebih menggairahkan. Sebuah pemberontakan terhadap nasib yang sedang diderita sedang dimulai. Tidak ada alasan untuk tidak berjuang memperbaiki keadaan. Kapan dimulai? Sekarang... atau tidak sama sekali...!!!

Opps...!!! Tunggu sebentar..!! Untuk memulai sebuah pemberontakan, kita tidak boleh terburu-buru. Kita harus menyiapkan berbagai strategi, peralatan, jaringan, dan rencana yang matang. Sampai semuanya sempurna!!! Wah, kalau begitu kapan harus dimulainya? Bukankan justru karena keadaan yang tidak sempurna itu harus mulai bertindak? Bayangkan kalau para pejuang negeri kita untuk mulai melawan Belanda menunggu mempunyai peralatan dan ilmu militer secanggih Belanda, sampai sekarang mungkin kita belum merdeka. Jika kita berada pada suatu titik yang tidak seberuntung orang lain karena faktor takdir, percayalah, dengan berjuang kita bisa mendapatkan nasib lebih beruntung. Dari salah satu Kitab seorang yang paling dekat dengan Allah menyatakan, "Ketuklah, maka pintu akan dibuka...". Maka, mulailah sebuah sebab yang akan mengakibatkan keberuntungan pada nasib Anda. Start Action...!! Right Now...!!!

Share this Article on :

0 comments:

 
© Copyright PIJARBINTANG.COM 2010 -2011